Nasionaltribun.web.id//Sulawesiutara//BITUNG – Di sebuah sudut kota Bitung, tepatnya di Kelurahan Kakenturan II, hidup pasangan lansia yang bergelut dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Fredy Pudi (68), lelaki tua yang tak lagi mampu berjalan karena amputasi kaki, hanya bisa terbaring di rumah pinjaman yang atap kamarnya pun telah rusak diterbangkan angin. Di sisinya, sang istri, Yuliana Lontolawa, tetap setia merawatnya dengan penuh cinta dan pengharapan.
Hari ini, Kamis (24/4), tangis haru pecah di rumah sederhana itu. Doa yang selama ini mereka panjatkan dalam diam, dijawab dengan cara yang tak disangka-sangka. Sekira pukul 11.30 WITA, Kapolres Bitung AKBP Albert Zai, S.I.K., M.H., datang membawa sebuah kursi roda—sebuah benda yang bagi banyak orang mungkin biasa saja, tetapi bagi Fredy dan istrinya, adalah simbol kebebasan, harapan, dan keajaiban.
“Ini seperti mimpi. Kami hanya bisa berdoa, berharap Tuhan menggerakkan hati seseorang… dan hari ini, doa itu dijawab,” kata Yuliana lirih, sembari menyeka air mata yang tak tertahan.
Fredy, yang kini hanya bisa duduk dan tidur di ruang depan karena kamarnya tak lagi layak digunakan, juga tak kuasa menahan emosi. “Terima kasih, Tuhan… dan terima kasih kepada Bapak Kapolres yang menjadi jawaban doa kami,” ucapnya dengan suara bergetar.
Kapolres Bitung, yang datang bukan hanya dengan bantuan fisik tetapi juga dengan empati mendalam, mengatakan bahwa kunjungan ini bukan sekadar bentuk tugas, melainkan panggilan hati.
“Ini semua karena doa Bapak dan Ibu. Tuhan yang menggerakkan hati saya, dan melalui tangan ini, Dia kirimkan rezeki untuk Bapak Fredy,” tutur AKBP Albert Zai, dengan mata yang juga mulai berkaca-kaca.
Melihat kondisi rumah Fredy yang memprihatinkan, terutama atap kamar yang bolong dan tak bisa lagi dipakai, Kapolres Bitung berjanji akan mencarikan jalan.
“Nanti kita bantu perbaiki. Semoga ini menjadi awal dari banyaknya tangan-tangan baik yang tergerak untuk menolong,” katanya.
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang seringkali abai, kisah Fredy dan Yuliana mengingatkan kita bahwa kemanusiaan masih hidup, dan kebaikan—sekecil apa pun—selalu punya arti besar bagi yang menerimanya. (//Katili86)