Oleh:Rio Oktavianus Purba,S.H.
Kabupaten Karo adalah salah satu daerah agraris paling potensial di Sumatera Utara. Sayangnya,sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah ini sedang menghadapi tantangan serius hilangnya minat generasi muda terhadap pertanian.
Dalam observasi dan wawancara disejumlah desa seperti Berastagi,Tigabinanga,dan Tigapanah, mayoritas anak muda menganggap bertani sebagai pekerjaan yang berat, kotor,dan tidak menjanjikan.Mereka lebih memilih pekerjaan di kota yang dianggap lebih modern dan berkelas.
Padahal,tanpa regenerasi petani,masa depan pertanian kita terancam.Ada beberapa penyebab utama kondisi ini. Pertama,kurangnya edukasi pertanian berbasis teknologi. Kedua,sulitnya akses lahan dan modal bagi pemuda. Ketiga,minimnya figur inspiratif kalangan petani muda.Dan terakhir,tekanan sosial yang masih mengukur kesuksesan dari pekerjaan kantoran di kota.
Namun,di balik tantangan,ada harapan. Beberapa pemuda mulai melirik model pertanian modern seperti hidroponik, agribisnis digital,dan pertanian berbasis teknologi.Ini adalah celah yang bisa
dimanfaatkan untuk mengembalikan gairah bertani di kalangan generasi muda.
Karena itu,saya menyampaikan lima poin penting sebagai solusi:
1.Pemerintah perlu memfasilitasi pelatihan dan akses modal untuk petani muda.
2.Pendidikan pertanian berbasis teknologi harus diintegrasikan ke sekolah dan kampus daerah.
3.Akses lahan pertanian bagi pemuda harus dipermudah melalui program kemitraan atau
redistribusi lahan tidur.
4.Kampanye pertanian modern perlu digencarkan di media sosial dengan pendekatan yang relevan dan inspiratif.
5.Kita butuh sosok petani muda sukses yang bisa menjadi panutan generasi berikutnya.
Kita tidak sedang membicarakan masa lalu,tapi masa depan.Jika generasi muda tidak kembali kesawah,siapa yang akan menjamin keberlanjutan pangan dan ekonomi Karo ke depan?
Pertanian bukan profesi usang,ia bisa menjadi simbol kemandirian,inovasi,dan kebanggaan.Mari kita kembalikan kejayaan pertanian Karo bersama generasi mudanya.
(NARS)